Minggu, 02 Oktober 2011

Melancong Ke Lampung

( Indahnya sunset di kalianda - Lampung )
Sepanjang sejarah, penduduk Jakarta sudah terus-menerus memperluas ruang jelajah mereka mencari pantai (naar strand) dan dataran tinggi (naar boven). Awalnya mereka puas kalau sudah sampai ke Bogor atau Puncak. Lalu mereka menjelajahi Cipanas, Lembang, dan berlanjut ke Bandung – yang kini rutin jadi tujuan akhir pekan.

Dalam hal mencari deburan ombak, orang Jakarta dulu sudah merasa mewah kalau sampai di Sampur (Zandvoort) dan Cilincing. Kemudian mereka ke Anyer dan Carita yang mendadak bertabur hotel dan vila di awal 1990-an. Suatu lompatan terjadi ketika mereka bahkan pergi ke Tanjung Lesung, yang sudah berbatasan langsung dengan Taman Nasional Ujung Kulon.

Sebenarnya memang tidak tepat menyebut semua pelancong yang terus menerus melebarkan ruang jelajahnya itu orang Jakarta, karena ada gejala lain yang sejalan. Lebih banyak orang kini tinggal di daerah sekitar Jakarta, meski sebagian bekerja di Jakarta. Mereka juga naar boven hingga Bandung dan naar strand hingga Tanjung Lesung.

Tapi, mengapa tidak sekalian menyeberang ke Lampung? Di sana pantai landai berpasir putih menunggu. Banyak orang menjual buah-buahan (durian!), dan ada alam Sumatera dengan ragam spesies fauna serta flora yang berbeda. Juga seni tenun.

Orang Jakarta (atau Jabodetabek) tidak sampai ke Lampung mungkin dengan alasan yang sama mereka tidak pergi ke Kepulauan Seribu – yang juga sungguh indah. Ada pantai pasir putih, ada bunga karang, ada perairan dangkal untuk berenang atau sekedar bermain. Ada juga sumur dan kilang minyak di Pulau Pabelokan.

Mereka tidak ke Lampung atau Kepulauan Seribu karena bepergian ke Bali lebih mudah dan menyenangkan. Dan meski lebih jauh, Bali menyediakan lebih banyak fasilitas serta pengalaman yang asyik.

 
Kopi Luwak Lampung
Produk kopi luwak Kabupaten Lampung Barat  dipamerkan dalam ajang Cafe Shou di Korea Selatan pada tanggal 24 hingga 25 September 2011.
"Ajang bergengsi yang digelar di Korea Selatan itu sebagai langkah awal bagi Lampung Barat untuk lebih mempromosikan produk kopi di tingkat dunia, dan ajang ini tidak akan disia siakan, sebab keikutsertaan tersebut tentunya akan dapat memberikan dapat positif terhadap nilai jual produk kopi di daerah ini," kata Kepala Dinas Perkebunan Lampung Barat melalui Kepala Binang Bina Usaha Produksi Perkebunan Agustanto Basmar, di Liwa, Rabu.
Dia menjelaskan, persiapan untuk mengikuti pameran bergensi terus di persiapkan pemerintah daerah.
Menurut dia, produk kopi luwak Lampung Barat semakin dilirik investor yang berada di mancanegara, salah satunya Korea Selatan.
"Dengan ajang besar dan mendunia ini, tentu berbagai upaya terus dilakukan salah satunya dengan mencari dukungan terhadap berbagai pihak agar salah satu wakil dari pengusaha kopi luwak dapat terbang ke Korea Selatan, sebab dengan ikutnya pengusaha kopi luwak dalam pameran yang di gelar tersebut, jelas akan memberikan dorongan untuk lebih meningkatkan mutu dan penjualan produk tersebut," kata dia.
Kemudian, kata Agustanto, Lampung Barat layak dijadikan sebagai kawasan industri kopi terbesar di Provinsi Lampung.
Sementara itu, Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri di Liwa, Rabu mengatakan, produk kopi luwak menjadi salah satu identitas bagi Lampung Barat.
"Berbagai ajang terus kami ikuti untuk memberikan dorongan bagi pengusaha kopi luwak dalam mendongkrak penjualan, dan pada akhirnya nanti diharapkan akan banyak investor yang tertarik untuk menjalin kemitraan dengan Lampung Barat dalam mengembangkan produk kopi," kata dia.
Bupati menjelaskan, Lampung Barat terus membuka peluang investasi bagi investor yang hendak menjalin kemitraan dalam mengembangkan komoditas kopi.
Dia mengakui, mutu dan kualitas kopi Lampung Barat terbaik Nasional dan mampu bersaing di tingkat internasional.
"Saya berharap dengan ajang yang diikuti Lampung Barat tentunya akan berdampak terhadap peningkatan penjualan produk kopi sehingga mampu memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dalam menekuni usaha produk olahan kopi terutama kopi luwak," kata bupati.
Lampung Barat menjadi sentra penghasil produk kopi luwak terbesar di Provinsi Lampung, sebab daerah ini memiliki pasokan kebun kopi sangat luas, juga hewan luwak (musang) yang berlimpah, sehingga pengusaha kopi luwak tidak merasa kesulitan dalam mengembangkan usaha ini.
Harga bubuk kopi luwak di Kabupaten Lampung Barat mencapai Rp800 ribu hingga Rp1 juta per kilogram, sedangkan untuk kemasan ekonomis mencapai Rp30 ribu hingga Rp40 ribu per bungkus, sementara untuk jenis glondong mentah mencapai Rp300 ribu per kilogram..
Upaya pengusaha dalam meningkatkan angka penjualan dengan membenahi kemasan, sekaligus mengikuti pameran yang di selenggarakan di dalam dan di luar daerah, sehingga dari event tersebut produk kopi luwak semakin di kenal, dan mampu meningkatkan kemitraan.

Jakarta.  Karena lokasinya hanya sekitar tiga jam bermobil dari Singapura, setiap tahunnya Melaka menjaring jutaan wisatawan sehari (day-trippers) dari Singapura. Setiap akhir pekan, kita dapat melihat ratusan hobbyist fotografi dari Singapura - melakukan photo hunting secara berkelompok ke kota kecil ini.

Melaka - bersama Georgetown di Penang - telah ditetapkan oleh Unesco sejak 2008 sebagai Situs Pusaka Dunia (World Heritage Site). Sebuah pengakuan yang tidak berlebihan mengingat betapa kayanya kota kecil ini dengan bangunan pusaka yang tetap terawat dengan baik. Sejak pengakuan Unesco itu, Melaka semakin giat membangun kotanya sebagai tujuan wisata kelas dunia, dan meresmikannya nama sebagai Melaka Bandaraya Bersejarah.

Menurut sejarahnya, Melaka dibangun oleh Parameswara pada akhir abad ke-14. Bandar ini menarik para pedagang dari India dan Arab, serta makin berkembang sebagai pusat perdagangan. Asal nama Melaka pun punya dua versi. Versi pertama adalah pohon buah melaka yang banyak dijumpai di tepian sungai. Versi kedua adalah dari kata "malakat" yang berarti pasar dalam bahasa Arab.

Laksamana Cheng Ho pun pernah berlabuh di Melaka. Hingga kini masih ada klenteng yang dipersembahkan kepada Cheng Ho. Peniaga dari Cina pun semakin meramaikan Melaka di abad ke-15. Pamor Melaka makin meningkat.



Pada awal abad ke-16, Portugis pun datang ke Melaka. Semula untuk berniaga. Namun cara-cara mereka berniaga tidak cocok dengan para peniaga India dan Arab. Pertikaian pun terjadi. Portugis kembali dengan balatentara lebih besar, dan menduduki Melaka pada 1511. Pendudukan Portugis ini mengawali era Eropa bagi Melaka. Portugis membangun benteng pertahanan, gedung-gedung pemerintahan, dan gereja-gereja.

Melaka semakin kehilangan pamornya pada awal abad ke-17 setelah Sultan Johor melakukan pakta dengan VOC Belanda. Pada tahun 1641, Belanda menyerang Melaka dan mengusir Portugis dari sana. Belanda bercokol selama 150 tahun, dan meninggalkan Melaka setelah gempuran pasukan bersama Inggris dan Prancis.

Kaya Tujuan Wisata

Sejarah berliku Melaka itu meninggalkan berbagai pusaka yang menjadi tujuan pariwisata penting bagi Melaka. Menurut statistik, setiap tahun Melaka dikunjungi 7 juta wisatawan, dari dalam maupun luar negeri.

Pusat atraksi di Melaka adalah kawasan bersejarah di pusat kota yang populer dengan sebutan Red Square. Di sekeliling alun-alun kecil ini berdiri berbagai bangunan peninggalan sejarah yang dindingnya berwarna merah, anatar lain: gereja, stadthuys (balaikota), kantor pos, dan lain-lain. Di tengah alun-alun itu berdiri sebuah tugu peringatan untuk Ratu Inggris diiringi air mancur.



Becak-becak hias menyemarakkan kawasan Lapangan Merah yang penuh pengunjung. Dengan becak ini sebagian wisatawan berkeliling Melaka. Becaknya dihias ngejreng dengan bunga-bunga plastik dan elemen hias lainnya. Lengkap dengan musik dan pengeras suara yang memekakkan telinga.

Kawasan bagi pejalan kaki yang paling populer adalah Jonker Walk - mencakup Jonker Street dan Heeren Street - yang terletak hanya di seberang Sungai Melaka dari Lapangan Merah. Di ujung Jonker Walk ini sekarang ada San Shu Gong, toko berbagai oleh-oleh, bumbu, dan lain-lain. Es cendol durian-nya juga ramai diminati. Sebelum kehadiran San Shu Gong, toko serupa yang populer adalah Tan Kim Hock di Jalan Bendahara. Kebanyakan wisatawan membeli bumbu ayam pongteh, bakkutteh, dan sebagainya untuk dibawa pulang.

Di sepanjang Jonker Walk, banyak cafe, rumah makan, serta toko-toko suvenir yang menarik. Pada hari-hari libur da akhir pekan, kawasan ini tumpah-ruah pengunjung hingga tengah malam. Beberapa cafe juga menyediakan live band untuk menarik pengunjung.

Di belakang Lapangan Merah ada sebuah bukit, dan di puncaknya ada bekas gereja Portugis yang dihancurkan Belanda dan diubah menjadi benteng pertahanan. Untuk mencapai tempat itu, kita masuk dari sebuah gerbang benteng yang dikenal dengan sebutan A Famosa. Pada awalnya ini adalah benteng Portugis juga, yang kemudian diubah menjadi benteng Belanda. Lambang VOC masih tampak terukir di batu gerbang A Famosa ini.

Atraksi turis yang lain adalah gereja-gereja tua, baik peninggalan Portugis (Katholik) maupun Belanda (Protestan). Gereja Santo Petrus yang sudah berusia 300 tahun, misalnya, menjadi pusat Perayaan Paskah yang penting di kawasan ini. Di Melaka juga masih banyak kelompok Kristang - keturunan Portugis-India beragama Katholik. Kaum mestizo ini berkulit gelap, dengan nama-nama Protugis, seperti; Rodriguez, Fernandez, dan lain-lain.

Menjadi Tujuan Pariwisata Modern

Melaka kini tidak lagi sekadar kawasan bersejarah. Kota ini telah memiliki jalur monorel sepanjang 1,6 kilometer untuk kemudahan para wisatawan. Kereta ini menghubungkan berbagai tujuan pariwisata di Melaka.


Atraksi modern bagi wisatawan berpusat di Padang Pahlawan. Di sini ada mahkota Parade Shopping Centre yang sangat ramai. The Body Shop, World of Cartoons, Nokia, MPH Bookstores, Royal Selangor, Sony Center, dan gerai waralaba internasional lainnya dapat dijumpai di sini. Begitu juga waralaba kuliner seperti: Starbucks, KFC, McDonald’s, Pizza Hut, dan lain-lain.

Di dekat Padang Pahlawan juga ada ferris wheel (jentera putar). Yang besar disebut Eye on Malaysia, sedangkan yang lebih kecil disebut Eye on Melaka. Di dekatnya ada sebuah atraksi pariwisata yang lain, The Pirates of Malacca.

Jangan lupa mengunjungi Malay and Islamic World Tour di Jalan Kota. Bila membawa anak-anak, sedikit di luar kota ada Melaka Zoo (kebun binatang) yang berlokasi di Ayer Keroh. Di Ayer Keroh juga ada Taman Mini Malaysia dan Taman Mini ASEAN, serta kawasan hutan lindung. Agak jauh lagi, di Pantai Padang Kemunting, sekitar 28 km dari pusat kota Melaka, ada tempat penangkaran penyu yang juga menarik untuk dikunjungi anak-anak.

Sungai Melaka yang berliku pun sejak beberapa tahun silam telah ditata. Sisi-sisinya diturap. Di sepanjang sisi sungai dibangun boardwalk - jalan dari papan kayu - agar orang dapat berjalan-jalan atau jogging menikmati pemandangan sungai. Dapat juga ikut river cruise - naik perahu dan menyusuri sungai selama 45 menit. Ada juga Melaka Duck Tour, yaitu kendaraan semi-amfibi yang dapat berjalan di sungai maupun di jalan raya.

Di salah satu "semenanjung" sungai ini ada perkampungan sekitar 100 rumah yang dilestarikan sebagai living museum. Warga Kampung Morten ini diwajibkan melestarikan rumah mereka dan mendapat tunjangan sepantasnya agar selama berabad-abad kemudian orang masih dapat melihat cara hidup asli masyarakat Melayu di Melaka.

Tidak lama lagi Melaka juga akan memiliki sebuah mal baru bernama Casa del Rio, tidak jauh dari Jonker Walk. Atraksi baru ini akan melengkapi Melaka sebagai tujuan wisata penting di Malaysia.

Sabtu, 01 Oktober 2011

Melongok Eksotika Kelelawar di Kota Kalong

SOPPENG, KOMPAS.com — Ada pemandangan unik yang menyambut Anda saat memasuki jantung kota Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, yang terletak di Kecamatan Watang Soppeng.
Suara riuh ribuan kelelawar, atau biasa juga disebut kalong, dengan aroma menyengat yang khas bakal Anda rasakan dengan mudah saat menginjakkan kaki di sana. Pemandangan ini menjadi sebuah eksotika tersendiri. Koloni ribuan kelelawar inilah yang kemudian menjadi landmark Kabupaten Soppeng yang dikenal dengan sebutan Kota Kalong.
Tidak diketahui persis kapan tepatnya kalong-kalong tersebut mulai bersarang di atas pepohonan yang berjejer di ruas-ruas jalan kota Watang Soppeng. Namun, masyarakat Kabupaten Soppeng meyakini keberadaan kalong yang wajahnya menyerupai tikus tersebut sudah sejak ratusan tahun lalu.
Selain dianggap sebagai "penjaga" kota Watang Soppeng, jika kalong-kalong tersebut pergi dalam waktu lama, warga meyakini sebagai pertanda datangnya bencana di daerah tersebut.
"Bahkan, kalau ada anak dara atau pemuda dari luar daerah yang kebetulan lewat di bawah pohon dan dijatuhi air seni kalong, sang gadis diyakini akan bersuamikan orang Soppeng," kata Gappar, warga setempat, kepada Kompas.com, Rabu (18/5/2011).
Meski berada di tengah riuh perkotaan, kelelawar Soppeng tetap bergelantung di pohon-pohon tanpa merasa terusik. Pemandangan alam Soppeng akan terlihat lebih eksotis menjelang malam. Secara bersamaan, koloni kalong melepas cengkeraman dari dahan pohon dan beterbangan dan menutupi langit Soppeng.
Watang Soppeng berjarak sekitar 150 kilometer, sebelah utara Kota Makassar. "Yang menarik, kalong-kalong itu hanya bisa didapati bergelantung di pepohonan sepanjang kota Watang Soppeng. Di wilayah lain di Soppeng, pemandangan tersebut tidak didapatkan," kata Gappar lagi.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Soppeng Zainuddin mengatakan, koloni kelelawar, baik saat beterbangan untuk mencari makan pada saat matahari akan tenggelam maupun ketika fajar menjelang, menjadi daya tarik sektor pariwisata di daerah tersebut.
Wisatawan lokal maupun mancanegara sengaja menunggu kelompok kelelawar tersebut beterbangan menutupi langit Watang Soppeng saat senja. "Ini merupakan potensi wisata alam yang menjadi salah satu sektor pendukung peningkatan perkonomian warga setempat," katanya.
"Eksotika kelelawar menjadi penarik minat wisatawan untuk mampir mengabadikan atau sekadar melihat aktivitas koloni kelelawar yang jumlahnya terus bertambah dan diperkirakan sudah mencapai ribuan ekor," ujar Zainuddin lagi.
Sementara itu, Nana, warga Pinrang yang mengaku baru pertama kali berkunjung ke daerah tersebut, mengaku sempat ngeri saat pertama kali menginjakkan kaki di kota ini. Bau menyengat yang dirasakannya pun sempat membuat perutnya mual. "Tapi setelah melihat lebih dekat, ternyata unik juga," katanya singkat.